OPINI | 16 October 2013 | 12:15
MOTIVASI WIRAUSAHA
Fakta bahwa jiwa wirausaha di Indonesia masih lemah ditunjukkan dari masih banyaknya angka pengangguran di Indonesia, terutama pengangguran terbuka pada penduduk yang mengenyam Pendidikan Tinggi. Logikanya, setelah mengenyam pendidikan tinggi, maka jiwa wirausaha mereka akan lebih terasah karena kognisi usaha yang makin berkembang seiring dengan makin tingginya jenjang pendidikan, sehingga kreativitas dan daya inventifnya juga makin tajam. Lihat saja fakta pengangguran penduduk berpendidikan tinggi dari tahun 2004-2010 di Indonesia berikut:
Sebenarnya apa sih yang diperlukan untuk mendorong tumbuh kembang jiwa wirausaha? Selain modal, latar belakang keluarga, dan kepribadian individu, maka motivasi usaha
yang kuat tertanam dalam jiwa individu merupakan syarat yang harus ada.
Jika dalam diri individu tidak ada motivasi usaha, maka motivasi yang
ada adalah motivasi menjadi pegawai (kerja rutin, pergi pagi pulang
sore, gajian tiap bulan, terima THR tiap tahun, terima tunjangan dan
fasilitas kerja, memakai seragam kerja yang keren, dapat asuransi,
jaminan hari tua, dan rutinitas lain yang tidak terlalu menantang).
Sebenarnya, pengertian motivasi usaha
itu apa sih? Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang
yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu, termasuk menjadi young entrepreneur
(Sarosa, 2005). Kebanyakan orang yang berhasil di dunia ini mempunyai
motivasi yang kuat yang mendorong tindakan-tindakan mereka. Mereka
mengetahui dengan baik apa yang menjadi motivasinya dan memelihara
motivasi tersebut dalam setiap tindakannya.
Baum dkk (2007) menjelaskan bahwa:
Motivasi dalam kewirausahaan meliputi motivasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan kewirausahan, seperti tujuan yang melibatkan pengenalan dan eksploitasi terhadap peluang bisnis. Motivasi untuk mengembangkan usaha baru diperlukan bukan hanya oleh rasa percaya diri dalam hal kemampuannya untuk berhasil, namun juga oleh kemampuannya dalam mengakses informasi mengenai peluang kewirausahaan. Dalam istilah yang lebih sempit, teori expectancy mengungkapkan bahwa informasi yang spesifik dan periodik mengenai peluang kewirausahaan mungkin meningkatkan harapan individu bahwa upaya kewirausahaan akan memberikan hasil, dengan demikian akan meningkatkan motivasi.
Baum dkk (2007) menjelaskan bahwa:
Motivasi dalam kewirausahaan meliputi motivasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan kewirausahan, seperti tujuan yang melibatkan pengenalan dan eksploitasi terhadap peluang bisnis. Motivasi untuk mengembangkan usaha baru diperlukan bukan hanya oleh rasa percaya diri dalam hal kemampuannya untuk berhasil, namun juga oleh kemampuannya dalam mengakses informasi mengenai peluang kewirausahaan. Dalam istilah yang lebih sempit, teori expectancy mengungkapkan bahwa informasi yang spesifik dan periodik mengenai peluang kewirausahaan mungkin meningkatkan harapan individu bahwa upaya kewirausahaan akan memberikan hasil, dengan demikian akan meningkatkan motivasi.
Ada lima kategori teori motivasi yaitu kebutuhan (needs), penguatan (reinforcement), keadilan (equity), harapan (expectancy), dan tujuan (goal). Dari kelima teori tersebut maka teori expectancy dan teori goal
merupakan model teori yang paling berguna dalam memahami motivasi
kewirausahaan. Dalam teori expectancy tersedia kerangka kerja untuk
memahami mengapa dan bagaimana beberapa orang memilih untuk menjadi
wirausahawan dan mengungkapkan bahwa serangkaian outcome dari
wirusahawan dalah lebih kompleks dan sebagian lainnya memiliki
kemungkinan lebih kecil dibandingkan dengan yang lain.
Dalam menjelaskan relevansi teori expectancy maka
diungkapkan bahwa wirausahawan mungkin saja tertarik pada situasi
ketidakpastian yang tinggi atau dapat membuat pilihan ketika mereka
menghadapi pilihan yang meragukan, karena jika dibandingkan dengan pra
manajer pada bisnis yang telah mapan, maka wirausahawan lebiih toleran
dengan ketidakpastian. Sedangkan proposisi mendasar dari teori goal
adalah bahwa tujuan yang menantang secara khusus (memberikan komitmen,
umpan balik, dn pengetahuan yang memadai) akan menghasilkan kinerja yang
tinggi. Dengan demikian, teori goal menawarkan penjelasan yang lebih
bersifat langsung dengan motivasi kewirausahan dibandingkan dengan teori
expectancy, yang mengungkapkan bahwa
wirausahawan menyusun tujuan kewirausahan yang lebih tinggi divandingkan
dengan orang-orang yang tidak memulai usaha.
Goal theory
merupakan teori yang dapat diuji dalam memprediksi kinerja
kewirausahaan. Dalam hal ini, wirausahawan yang memiliki tujuan yang
lebih tinggi akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menjadikan
organisasi lebih mampu bertahan dan mampu tumbuh lebih besar
dibandingkan dengan wirausahawan yang memiliki tujuan yang lebih rendah.
Referensi:
Sarosa, Pietra. (2005). Becoming young entrepreneur: dream big start small, act now!: panduan praktis & motivasioanl bagi kaum muda dan mahasiswa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Baum, J. Robert, Michael Frese, dan Robert A. Baron. (2007). The psychology of entrepreneurship. London: Routledge.
Sarosa, Pietra. (2005). Becoming young entrepreneur: dream big start small, act now!: panduan praktis & motivasioanl bagi kaum muda dan mahasiswa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Baum, J. Robert, Michael Frese, dan Robert A. Baron. (2007). The psychology of entrepreneurship. London: Routledge.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar