Senin, 25 November 2013

belajar wirausaha sejak kuliah

belajar wirausaha sejak kuliah



belajar wirausaha sejak kuliah - artikel ini adalah lanjutan dari artikel sebelumnya yang berjudul cara sukses menekuni bisnis sambil kuliah, artikel ini dibuat karena saya ingin menumbuhkan wirausaha kepada pembaca khususnya yang duduk di bangku kuliah, atau teman-teman yang masih mau belajar untuk mandiri dan yang ingin berwirausaha sendiri sambil kuliah, mulai dari sekaranglah waktunya untuk menentukan peluang usaha yang akan di tekuni.
Menanamkan jiwa kewirausahaan sejak masih kuliah atau belajar wirausaha sejak kuliah adalah target perguruan tinggi masa kini, sekitar 2.000 perguruan tinggi mulai mengajarkan mata kuliah kewirausahaan untuk mencetak entrepreneur muda yang siap berkarya dan mau belajar dalam membuka lapangan kerja sendiri. Jumlah lulusan sarjana yang terus bertambah, ternyata masih belum dibarengi dengan banyaknya lapangan kerja yang terbuka di negara kita. Kondisi ini tentunya menimbulkan sebuah kekhawatiran baru. Sebab, dipastikan angka pengangguran di Indonesia semakin hari kian meningkat pesat apabila masyarakatnya kurang berinisiatif untuk menciptakan peluang usaha atau lapangan kerja baru sedini mungkin, maka dari itu mari kita mulai dari sekarang belajar untuk dapat menciptakan peluang usaha sesuai dengan minat dan keinginan kita.

Rendahnya semangat entrepreneur di kalangan generasi muda, menjadi salah satu faktor pemicu tingginya angka pengangguran di Indonesia. Karenanya, tidak heran bila memasuki tahun 2000-an, pemerintah mulai memasukan pendidikan kewirausahaan ke perguruan tinggi agar
belajar wirausaha sejak kuliah agar dapat dipelajari sejak dini dan itu merupakan mata kuliah pilihan, sejak tahun ajaran 2010/2011 silam, Departemen Pendidikan Nasional menerapkan kurikulum berbasis kewirausahaan di semua tingkat pendidikan.

Strategi
belajar wirausaha sejak kuliah sengaja dijalankan pemerintah untuk meningkatkan semangat entrepreneurship dikalangan pelajar dan mahasiswa, sehingga kedepannya diharapkan lulusan sarjana di Indonesia tidak hanya mengandalkan kesempatan kerja yang datang kepada dirinya, namun juga mulai tergerak untuk berkarya dan belajar menciptakan lapangan kerja atau peluang usaha baru guna mengurangi angka pengangguran yang masih sangat tinggi di Indonesia.

Menurut data yang saya peroleh, saat ini sudah terdapat sekitar 2.000 perguruan tinggi yang mulai mengajarkan mata kuliah kewirausahaan kepada para mahasiswanya. Bahkan, sebagian dari perguruan tinggi tersebut kini mulai menawarkan program studi (prodi) kewirausahaan  untuk mencetak entrepreneur-entrepreneur muda yang siap berkarya membuka lapangan kerja
atau peluang usaha sebanyak-banyaknya.

Contohnya saja seperti Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang belakangan ini mulai mewajibkan mahasiswanya mengambil kelas Kewirausahaan, untuk membangun bisnis sebagai tugas project di akhir semester mereka. Untuk menanamkan jiwa kewirausahaan dan
belajar wirausaha sejak kuliah, Kampus UGM sengaja melatih para mahasiswanya untuk menyusun sebuah business plan sejak memasuki awal semester, dan akan mereka wujudkan menjadi sebuah usaha ketika memasuki semester akhir.

Selain membuka program kelas Kewirausahaan, saat ini perguruan tinggi di Indonesia mulai mendirikan pusat kewirausahaan kampus untuk memompa semangat entrepreneur di kalangan mahasiswa dan dapat
belajar wirausaha sejak kuliah. Melalui pusat kewirausahaan tersebut, setidaknya banyak kegiatan positif yang kini mulai dijalankan untuk mengubah mindset para calon sarjana tersebut. Misalnya saja dengan mengadakan kegiatan seminar, talkshow, kursus pelatihan atau belajar bisnis, workshop, praktek usaha, entrepreneurship expo, dan lain sebagainya. Beberapa contoh pusat kewirausahaan yang sekarang ini tengah berkembang di Indonesia antara lain Pusat Inkubator Bisnis ITB, Community Entrepreneur Program (CEP) UGM, Center for Entrepreneurship Development and Studies (CEDS) di UI, Binus Entrepreneurship Center (BEC) di Binus, BSI Entrepreneruship Center (BEC) di BSI, serta masih banyak lagi pusat kewirausahaan sejenis yang mulai didirikan perguruan tinggi di berbagai penjuru nusantara agar dapat membantu para mahasiswa belajar wirausaha sejak kuliah.

Dengan membekali para mahasiswa dengan jiwa wirausaha, diharapkan generasi penerus bangsa bisa menciptakan lapangan kerja atau peluang usaha sebanyak-banyaknya dan mengurangi masalah pengangguran yang telah mengakar di negara kita hingga bertahun-tahun. semoga artikel belajar wirausaha sejak kuliah, dapat menumbuhkan minat belajar teman-teman dalam dunia wirausaha dan kedepannya dapat membuka dan menekuni peluang usaha dan dapat sukses secara mandiri.

Berwirausaha

Empat tips yang diharapkan bisa membantu mewujudkan niat wirausaha
Pertama, cari teman-teman baru. Salah satu cara terbaik untuk mempelajari wirausaha adalah dengan berteman dengan sejumlah pengusaha. Tidak musti berteman dengan pengusaha yang kaya, tetapi bertemanlah dengan pelaku usaha yang biasa di mana dia bekerja untuk dirinya sendiri. Mulai dengan bergaul dengan pengusaha yang dekat dengan tempat tinggal Anda. Itu bisa membantu menciptakan pemikiran, "Jika mereka bisa, maka saya juga."
Bertemulah dengan pelaku usaha dari berbagai industri. Semakin beragam gaya kewirausahaan yang ditemui, maka semakin kaya pengalaman kita.
Lantas bagaimana jika kita tidak kenal satu orang pun pengusaha? Mulailah bertanya dengan orang-orang untuk mengenalkan Anda ke sejumlah pengusaha. Bisa juga dengan mengikuti sebuah kelompok lewat LinkedIn atau Facebook. Cari teman pelaku usaha dari sana. Siapa tahu Anda bisa banyak bertemu pengusaha lewat jejaring sosial tersebut.
Kedua, pilih sejumlah pelaku usaha sebagai panutan. Pelaku usaha yang dijadikan contoh kiranya yang sudah terbukti kesuksesannya di dunia usaha. Mungkin kita tidak bisa berbincang dengan mereka secara dekat, tapi kita bisa melakukan analisa kesuksesannya. Kita bisa memilih sejumlah merek ataupun perusahaan yang kita sukai.
Lalu, coba telaah pemilik usahanya melalui banyak hal seperti situs perusahaannya dan profil pengusahanya di media atau artikel lainnya. Bahkan mungkin ada buku mengenai otobiografi pengusaha tersebut yang bisa kita baca. Pelajari kepribadiannya dan gaya kepemimpinannya yang telah sedemikian rupa membentuk mereka atau perusahaan yang dijalankannya.
Ketiga, coba senangi bisnis kecil sebagai seorang pelanggan. Selain berteman dengan pengusaha, penting juga untuk berhubungan dengan bisnisnya. Tidak perlu langsung berpikir sebuah bisnis besar. Coba lirik sebuah bisnis kecil atau bisnis yang baru saja dimulai yang Anda sukai.
Cari tahu pengalaman atau cerita pemilik usahanya. Apa yang mereka lakukan untuk menjadi berbeda. Lantas berpikirlah sebagai seorang konsumen karena dengan cara itu Anda bisa tahu apa yang menarik yang kiranya bisa diambil sebagai masukan untuk usaha Anda.
Keempat, melawan mitos berbicara bisnis. Maksudnya, sering kali calon pelaku usaha berpikir bahwa dibutuhkan pengetahuan dan keahlian yang mumpuni untuk memulai usaha. Padahal tidak perlu menjadi lulusan MBA untuk berwirausaha.
Apa yang harus dilakukan untuk mendapatkan pengetahuan berbisnis? Coba berlangganan sebuah majalah bisnis dan baca sesuatu yang Anda suka. Melalui hal itu, Anda bisa melihat bagaimana seseorang mengembangkan bisnisnya ataupun bagaimana menangani suatu masalah dalam berbisnis.
Jika Anda telah mulai berteman dengan pelaku usaha, belajar banyak dengan membaca apa pun, berpikir lebih mengenai seperti apa menjadi seorang pengusaha, maka Anda akan tahu bahwa berbisnis tidak semenakutkan yang Anda pikir selama ini. Anda pun tidak perlu menunggu suatu waktu untuk menjadi wirausahawan, tapi sesegera mungkin.


KEWIRAUSAHAAN

Kewirausahaan (Inggris: Entrepreneurship) atau Wirausaha adalah proses mengidentifikasi, mengembangkan, dan membawa visi ke dalam kehidupan. Visi tersebut bisa berupa ide inovatif, peluang, cara yang lebih baik dalam menjalankan sesuatu. Hasil akhir dari proses tersebut adalah penciptaan usaha baru yang dibentuk pada kondisi risiko atau ketidakpastian.
Kewirausahaan memiliki arti yang berbeda-beda antar para ahli atau sumber acuan karena berbeda-beda titik berat dan penekanannya. Richard Cantillon (1775), misalnya, mendefinisikan kewirausahaan sebagai bekerja sendiri (self-employment). Seorang wirausahawan membeli barang saat ini pada harga tertentu dan menjualnya pada masa yang akan datang dengan harga tidak menentu. Jadi definisi ini lebih menekankan pada bagaimana seseorang menghadapi risiko atau ketidakpastian. Berbeda dengan para ahli lainnya, menurut Penrose (1963) kegiatan kewirausahaan mencakup indentfikasi peluang-peluang di dalam sistem ekonomi sedangkan menurut Harvey Leibenstein (1968, 1979) kewirausahaan mencakup kegiatan yang dibutuhkan untuk menciptakan atau melaksanakan perusahaan pada saat semua pasar belum terbentuk atau belum teridentifikasi dengan jelas, atau komponen fungsi produksinya belum diketahui sepenuhnya dan menurut Peter Drucker, kewirausahaan adalah kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang baru dan berbeda. Orang yang melakukan kegiatan kewirausahaan disebut wirausahawan. Muncul pertanyaan mengapa seorang wirausahawan (entrepreneur) mempunyai cara berpikir yang berbeda dari manusia pada umumnya. Mereka mempunyai motivasi, panggilan jiwa, persepsi dan emosi yang sangat terkait dengan nilai nilai, sikap dan perilaku sebagai manusia unggul.
Etimologi
Kewirausahaan berasal dari kata wira dan usaha. Wira berarti pejuang, pahlawan, manusia unggul, teladan, berbudi luhur, gagah berani dan berwatak agung. Usaha adalah perbuatan amal, bekerja, dan berbuat sesuatu. Jadi wirausaha adalah pejuang atau pahlawan yang berbuat sesuatu.
Sejarah kewirausahaan
Wirausaha secara historis sudah dikenal sejak diperkenalkan oleh Richard Castillon pada tahun 1755. Di luar negeri, istilah kewirausahaan telah dikenal sejak abad 16, sedangkan di Indonesia baru dikenal pada akhir abad 20. Beberapa istilah wirausaha seperti di Belanda dikenadengan ondernemer, di Jerman dikenal dengan unternehmer. Pendidikan kewirausahaan mulai dirintis sejak 1950-an di beberapa negara seperti Eropa, Amerika, dan Kanada. Bahkan sejak 1970-an banyak universitas yang mengajarkan kewirausahaan atau manajemen usaha kecil. Pada tahun 1980-an, hampir 500 sekolah di Amerika Serikat memberikan pendidikan kewirausahaan. DI Indonesia, kewirausahaan dipelajari baru terbatas pada beberapa sekolah atau perguruan tinggi tertentu saja. Sejalan dengan perkembangan dan tantangan seperti adanya krisis ekonomi, pemahaman kewirausahaan baik melalui pendidikan formal maupun pelatihan-pelatihan di segala lapisan masyarakat kewirausahaan menjadi berkembang.
Proses kewirausahaan
Menurut Carol Noore yang dikutip oleh Bygrave, proses kewirausahaan diawali dengan adanya inovasi. Inovasi tersebut dipengeruhi oleh berbagai faktor baik yang berasal dari pribadi maupun di luar pribadi, seperti pendidikan, sosiologi, organisasi, kebudayaan dan lingkungan. Faktor-faktor tersebut membentuk ‘’locus of control’’, kreativitas, keinovasian, implementasi, dan pertumbuhan yang kemudian berkembangan menjadi wirausahawan yang besar. Secara internal, keinovasian dipengaruhi oleh faktor yang bersal dari individu, seperti locus of control, toleransi, nilai-nilai, pendidikan, pengalaman. Sedangkan faktor yang berasal dari lingkungan yang memengaruhi diantaranya model peran, aktivitas, dan peluang. Oleh karena itu, inovasi berkembang menjadi kewirausahaan melalui proses yang dipengaruhi lingkungan, organisasi, dan keluarga.
Ciri-ciri dan Sifat kewirausahaan
Untuk dapat mencapai tujuan yang diharapkan, maka setiap orang memerlukan ciri-ciri dan juga memiliki sifat-sifat dalam kewirausahaan. Ciri-ciri seorang wirausaha adalah:
  • Percaya diri
  • Berorientasikan tugas dan hasil
  • Berani mengambil risiko
  • Kepemimpinan
  • Keorisinilan
  • Berorientasi ke masa depan
  • Jujur dan tekun
Sifat-sifat seorang wirausaha adalah:
  • Memiliki sifat keyakinan, kemandirian, individualitas, optimisme.
  • Selalu berusaha untuk berprestasi, berorientasi pada laba, memiliki ketekunan dan ketabahan, memiliki tekad yang kuat, suka bekerja keras, energik dan memiliki inisiatif.
  • Memiliki kemampuan mengambil risiko dan suka pada tantangan.
  • Bertingkah laku sebagai pemimpin, dapat bergaul dengan orang lain dan suka terhadap saran dan kritik yang membangun.
  • Memiliki inovasi dan kreativitas tinggi, fleksibel, serba bisa dan memiliki jaringan bisnis yang luas.
  • Memiliki persepsi dan cara pandang yang berorientasi pada masa depan.
  • Memiliki keyakinan bahwa hidup itu sama dengan kerja keras.
Tahap-tahap kewirausahaan
Secara umum tahap-tahap melakukan wirausaha:
Tahap memulai
Tahap di mana seseorang yang berniat untuk melakukan usaha mempersiapkan segala sesuatu yang diperlukan, diawali dengan melihat peluang usaha baru yang mungkin apakah membuka usaha baru, melakukan akuisisi, atau melakukan ‘’franchising’’. Tahap ini juga memilih jenis usaha yang akan dilakukan apakah di bidang pertanian, industri, atau jasa.
Tahap melaksanakan usaha
Dalam tahap ini seorang wirausahawan mengelola berbagai aspek yang terkait dengan usahanya, mencakup aspek-aspek: pembiayaan, SDM, kepemilikan, organisasi, kepemimpinan yang meliputi bagaimana mengambil risiko dan mengambil keputusan, pemasaran, dan melakukan evaluasi.
Tahap mempertahankan usaha
Tahap di mana wirausahawan berdasarkan hasil yang telah dicapai melakukan analisis perkembangan yang dicapai untuk ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi yang dihadapi.
  • Tahap mengembangkan usaha
Tahap di mana jika hasil yang diperoleh tergolong positif atau mengalami perkembangan atau dapat bertahan maka perluasan usaha menjadi salah satu pilihan yang mungkin diambil.

Sikap wirausaha
Dari daftar ciri dan sifat watak seorang wirausahawan di atas, dapat kita identifikasi sikap seorang wirausahawan yang dapat diangkat dari kegiatannya sehari-hari, sebagai berikut:
  • Disiplin
Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki kedisiplinan yang tinggi. Arti dari kata disiplin itu sendiri adalah ketepatan komitmen wirausahawan terhadap tugas dan pekerjaannya. Ketepatan yang dimaksud bersifat menyeluruh, yaitu ketepatan terhadap waktu, kualitas pekerjaan, sistem kerja dan sebagainya. Ketepatan terhadap waktu, dapat dibina dalam diri seseorang dengan berusaha menyelesaikan pekerjaan sesuai dengan waktu yang direncanakan. Sifat sering menunda pekerjaan dengan berbagai macam alasan, adalah kendala yang dapat menghambat seorang wirausahawan meraih keberhasilan. Kedisiplinan terhadap komitmen akan kualitas pekerjaan dapat dibina dengan ketaatan wirausahawan akan komitmen tersebut. Wirausahawan harus taat azas. Hal tersebut akan dapat tercapai jika wirausahawan memiliki kedisiplinan yang tinggi terhadap sistem kerja yang telah ditetapkan. Ketaatan wirausahawan akan kesepakatan-kesepakatan yang dibuatnya adalah contoh dari kedisiplinan akan kualitas pekerjaan dan sistem kerja.
  • Komitmen Tinggi
Komitmen adalah kesepakatan mengenai sesuatu hal yang dibuat oleh seseorang, baik terhadap dirinya sendiri maupun orang lain. Dalam melaksanakan kegiatannya, seorang wirausahawan harus memiliki komitmen yang jelas, terarah dan bersifat progresif (berorientasi pada kemajuan). Komitmen terhadap dirinya sendiri dapat dibuat dengan identifikasi cita-cita, harapan dan target-target yang direncanakan dalam hidupnya. Sedangkan contoh komitmen wirausahawan terhadap orang lain terutama konsumennya adalah pelayanan prima yang berorientasi pada kepuasan konsumen, kualitas produk yang sesuai dengan harga produk yang ditawarkan, penyelesaian bagi masalah konsumen, dan sebagainya.Seorang wirausahawan yang teguh menjaga komitmennya terhadapkonsumen, akan memiliki nama baik di mata konsumen yang akhirnya wirausahawan tersebut akan mendapatkan kepercayaan dari konsumen, dengan dampak pembelian terus meningkat sehingga pada akhirnya tercapai target perusahaan yaitu memperoleh laba yang diharapkan.
  • Jujur
Kejujuran merupakan landasan moral yang kadang-kadang dilupakan oleh seorang wirausahawan. Kejujuran dalam berperilaku bersifat kompleks. Kejujuran mengenai karakteristik produk (barang dan jasa) yang ditawarkan, kejujuran mengenai promosi yang dilakukan, kejujuran mengenai pelayanan purnajual yang dijanjikan dan kejujuran mengenai segala kegiatan yang terkait dengan penjualan produk yang dilakukan olehwirausahawan.
  • Kreatif dan Inovatif
Untuk memenangkan persaingan, maka seorang wirausahawan harus memiliki daya kreativitas yang tinggi. Daya kreativitas tersebut sebaiknya dilandasi oleh cara berpikir yang maju, penuh dengan gagasan-gagasan baru yang berbeda dengan produk-produk yang telah ada selama ini di pasar. Gagasan-gagasan yang kreatif umumnya tidak dapat dibatasi oleh ruang, bentuk ataupun waktu. Justru seringkali ide-ide jenius yangmemberikan terobosan-terobosan baru dalam dunia usaha awalnya adalah dilandasi oleh gagasan-gagasan kreatif yang kelihatannya mustahil.
  • Mandiri
Seseorang dikatakan “mandiri” apabila orang tersebut dapat melakukan keinginan dengan baik tanpa adanya ketergantungan pihak lain dalammengambil keputusan atau bertindak, termasuk mencukupi kebutuhan hidupnya, tanpa adanya ketergantungan dengan pihak lain. Kemandirian merupakan sifat mutlak yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan. Pada prinsipnya seorang wirausahawan harus memiliki sikap mandiri dalam memenuhi kegiatan usahanya.
  • Realistis
Seseorang dikatakan realistis bila orang tersebut mampu menggunakan fakta/realita sebagai landasan berpikir yang rasional dalam setiap pengambilan keputusan maupun tindakan/ perbuatannya. Banyak seorang calon wirausahawan yang berpotensi tinggi, namun pada akhirnya mengalami kegagalan hanya karena wirausahawan tersebut tidak realistis, obyektif dan rasional dalam pengambilan keputusan bisnisnya. Karena itu dibutuhkan kecerdasan dalam melakukan seleksi terhadap masukan-masukan/ sumbang saran yang ada keterkaitan erat dengan tingkat keberhasilan usaha yang sedang dirintis.
Faktor Kegagalan Dalam Wirausaha
Menurut Zimmerer (dalam Suryana, 2003 : 44-45) ada beberapa faktor yang menyebabkan wirausaha gagal dalam menjalankan usaha barunya:
  • Tidak kompeten dalam manajerial.
Tidak kompeten atau tidak memiliki kemampuan dan pengetahuan mengelola usaha merupakan faktor penyebab utama yang membuat perusahaan kurang berhasil.
  • Kurang berpengalaman baik dalam kemampuan mengkoordinasikan, keterampilan mengelola sumber daya manusia, maupun kemampuan mengintegrasikan operasi perusahaan.
  • Kurang dapat mengendalikan keuangan. Agar perusahaan dapat berhasil dengan baik, faktor yang paling utama dalam keuangan adalah memelihara aliran kas. Mengatur pengeluaran dan penerimaan secara cermat. Kekeliruan memelihara aliran kas menyebabkan operasional perusahan dan mengakibatkan perusahaan tidak lancar.
  • Gagal dalam perencanaan.
Perencanaan merupakan titik awal dari suatu kegiatan, sekali gagal dalam perencanaan maka akan mengalami kesulitan dalam pelaksanaan.
  • Lokasi yang kurang memadai.
Lokasi usaha yang strategis merupakan faktor yang menentukan keberhasilan usaha. Lokasi yang tidak strategis dapat mengakibatkan perusahaan sukar beroperasi karena kurang efisien.
  • Kurangnya pengawasan peralatan.
Pengawasan erat berhubungan dengan efisiensi dan efektivitas. Kurang pengawasan mengakibatkan penggunaan alat tidak efisien dan tidak efektif.
  • Sikap yang kurang sungguh-sungguh dalam berusaha.
Sikap yang setengah-setengah terhadap usaha akan mengakibatkan usaha yang dilakukan menjadi labil dan gagal. Dengan sikap setengah hati, kemungkinan gagal menjadi besar.
  • Ketidakmampuan dalam melakukan peralihan/transisi kewirausahaan.
Wirausaha yang kurang siap menghadapi dan melakukan perubahan, tidak akan menjadi wirausaha yang berhasil. Keberhasilan dalam berwirausaha hanya bisa diperoleh apabila berani mengadakan perubahan dan mampu membuat peralihan setiap waktu.
Peran Wirausaha Dalam Perekonomian Nasional
Seorang wirausaha berperan baik secara internal maupun eksternal. Secara internal seorang wirausaha berperan dalam mengurangi tingkat kebergantungan terhadap orang lain, meningkatkan kepercayaan diri, serta meningkatkan daya beli pelakunya. Secara eksternal, seorang wirausaha berperan dalam menyediakan lapangan kerja bagi para pencari kerja. Dengan terserapnya tenaga kerja oleh kesempatan kerja yang disediakan oleh seorang wirausaha, tingkat pengangguran secara nasional menjadi berkurang.
Menurunnya tingkat pengangguran berdampak terhadap naiknya pendapatan perkapita dan daya beli masyarakat, serta tumbuhnya perekonomian secara nasional. Selain itu, berdampak pula terhadap menurunnya tingkat kriminalitas yang biasanya ditimbulkan oleh karena tingginya pengangguran.
Seorang wirausaha memiliki peran sangat besar dalam melakukan wirausaha. Peran wirausaha dalam perekonomian suatu negara adalah:
  • Menciptakan lapangan kerja
  • Mengurangi pengangguran
  • Meningkatkan pendapatan masyarakat
  • Mengombinasikan faktor–faktor produksi (alam, tenaga kerja, modal dan keahlian)
  • Meningkatkan produktivitas nasional


Faktor-faktor Motivasi Berwirausaha

Ciri-ciri wirausaha yang berhasil (Kasmir, 27 – 28)
  • Memiliki visi dan tujuan yang jelas. Hal ini berfungsi untuk menebak ke mana langkah dan arah yang dituju sehingga dapat diketahui langkah yang harus dilakukan oleh pengusaha tersebut
  • Inisiatif dan selalu proaktif. Ini merupakan ciri mendasar di mana pengusaha tidak hanya menunggu sesuatu terjadi, tetapi terlebih dahulu memulai dan mencari peluang sebagai pelopor dalam berbagai kegiatan.
  • Berorientasi pada prestasi. Pengusaha yang sukses selalu mengejar prestasi yang lebih baik daripada prestasi sebelumnya. Mutu produk, pelayanan yang diberikan, serta kepuasan pelanggan menjadi perhatian utama. Setiap waktu segala aktifitas usaha yang dijalankan selalu dievaluasi dan harus lebih baik dibanding sebelumnya.
  • Berani mengambil risiko. Hal ini merupakan sifat yang harus dimiliki seorang pengusaha kapanpun dan dimanapun, baik dalam bentuk uang maupun waktu.
  • Kerja keras. Jam kerja pengusaha tidak terbatas pada waktu, di mana ada peluang di situ dia datang. Kadang-kadang seorang pengusaha sulit untuk mengatur waktu kerjanya. Benaknya selalu memikirkan kemajuan usahanya. Ide-ide baru selalu mendorongnya untuk bekerja kerjas merealisasikannya. Tidak ada kata sulit dan tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan.
  • Bertanggungjawab terhadap segala aktifitas yang dijalankannya, baik sekarang maupun yang akan datang. Tanggungjawab seorang pengusaha tidak hanya pada segi material, tetapi juga moral kepada berbagai pihak.
  • Komitmen pada berbagai pihak merupakan ciri yang harus dipegang teguh dan harus ditepati. Komitmen untuk melakukan sesuatu memang merupakan kewajiban untuk segera ditepati dana direalisasikan.
  • Mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak, baik yang berhubungan langsung dengan usaha yang dijalankan maupun tidak. Hubungan baik yang perlu dlijalankan, antara lain kepada : para pelanggan, pemerintah, pemasok, serta masyarakat luas.

Dari analisis pengalaman di lapangan, ciri-ciri wirausaha yang pokok untuk dapat berhasil dapat dirangkum dalam tiga sikap, yaitu :
  • Jujur, dalam arti berani untuk mengemukakan kondisi sebenarnya dari usaha yang dijalankan, dan mau melaksanakan kegiatan usahanya sesuai dengan kemampuannya. Hal ini diperlukan karena dengan sikap tersebut cenderung akan membuat pembeli mempunyai kepercayaan yang tinggi kepada pengusaha sehingga mau dengan rela untuk menjadi pelanggan dalam jangka waktu panjang ke depan
  • Mempunyai tujuan jangka panjang, dalam arti mempunyai gambaran yang jelas mengenai perkembangan akhir dari usaha yang dilaksanakan. Hal ini untuk dapat memberikan motivasi yang besar kepada pelaku wirausaha untuk dapat melakukan kerja walaupun pada saat yang bersamaan hasil yang diharapkan masih juga belum dapat diperoleh.
  • Selalu taat berdoa, yang merupakan penyerahan diri kepada Tuhan untuk meminta apa yang diinginkan dan menerima apapun hasil yang diperoleh. Dalam bahasa lain, dapat dikemukakan bahwa ”manusia yang berusaha, tetapi Tuhan-lah yang menentukan !” dengan demikian berdoa merupakan salah satu terapi bagi pemeliharaan usaha untuk mencapai cita-cita.

Kompetensi perlu dimiliki oleh wirausahawan seperti halnya profesi lain dalam kehidupan, kompetensi ini mendukungnya ke arah kesuksesan. Dan & Bradstreet business Credit Service (1993 : 1) mengemukakan 10 kompetensi yang harus dimiliki, yaitu :
  1. knowing your business, yaitu mengetahui usaha apa yang akan dilakukan. Dengan kata lain, seorang wirausahawan harus mengetahui segala sesuatu yang ada hubungannya dengan usaha atau bisnis yang akan dilakukan.
  2. knowing the basic business management, yaitu mengetahui dasar-dasar pengelolaan bisnis, misalnya cara merancang usaha, mengorganisasi dan mengenalikan perusahaan, termasuk dapat memperhitungkan, memprediksi, mengadministrasikan, dan membukukan kegiatan-kegiatan usaha. Mengetahui manajemen bisnis berarti memahami kiat, cara, proses dan pengelolaan semua sumberdaya perusahaan secara efektif dan efisien.
  3. having the proper attitude, yaitu memiliki sikap yang sempurna terhadap usaha yang dilakukannya. Dia harus bersikap seperti pedagang, industriawan, pengusaha, eksekutif yang sunggung-sungguh dan tidak setengah hati.
  4. having adequate capital, yaitu memiliki modal yang cukup. Modal tidak hanya bentuk materi tetapi juga rohani. Kepercayaan dan keteguhan hati merupakan modal utama dalam usaha. Oleh karena itu, harus cukup waktu, cukup uang, cukup tenaga, tempat dan mental.
  5. managing finances effectively, yaitu memiliki kemampuan / mengelola keuangan, secara efektif dan efisien, mencari sumber dana dan menggunakannnya secara tepat, dan mengendalikannya secara akurat.
  6. managing time efficiently, yaitu kemampuan mengatur waktu seefisien mungkin. Mengatur, menghitung, dan menepati waktu sesuai dengan kebutuhannya.
  7. managing people, yaitu kemampuan merencanakan, mengatur, mengarahkan / memotivasi, dan mengendalikan orang-orang dalam menjalankan perusahaan.
  8. statisfying customer by providing high quality product, yaitu memberi kepuasan kepada pelanggan dengan cara menyediakan barang dan jasa yang bermutu, bermanfaat dan memuaskan.
  9. knowing Hozu to Compete, yaitu mengetahui strategi / cara bersaing. Wirausaha harus dapat mengungkap kekuatan (strength), kelemahan (weaks), peluang (opportunity), dan ancaman (threat), dirinya dan pesaing. Dia harus menggunakan analisis SWOT sebaik terhadap dirinya dan terhadap pesaing.
  10. copying with regulation and paper work, yaitu membuat aturan / pedoman yang jelas tersurat, tidak tersirat. (Triton, 2007 :137 – 139)

Delapan anak tangga menuju puncak karir berwirausaha (Alma, 106 – 109), terdiri atas :
  1. mau kerja keras (capacity for hard work)
  2. bekerjasama dengan orang lain (getting things done with and through people)
  3. penampilan yang baik (good appearance)
  4. yakin (self confidence)
  5. pandai membuat keputusan (making sound decision)
  6. mau menambah ilmu pengetahuan (college education)
  7. ambisi untuk maju (ambition drive)
  8. pandai berkomunikasi (ability to communicate)

Motivasi Kewirausahaan

OPINI | 16 October 2013 | 12:15


MOTIVASI WIRAUSAHA
Fakta bahwa jiwa wirausaha di Indonesia masih lemah ditunjukkan dari masih banyaknya angka pengangguran di Indonesia, terutama pengangguran terbuka pada penduduk yang mengenyam Pendidikan Tinggi. Logikanya, setelah mengenyam pendidikan tinggi, maka jiwa wirausaha mereka akan lebih terasah karena kognisi usaha yang makin berkembang seiring dengan makin tingginya jenjang pendidikan, sehingga kreativitas dan daya inventifnya juga makin tajam. Lihat saja fakta pengangguran penduduk berpendidikan tinggi dari tahun 2004-2010 di Indonesia berikut:
13802144891990097245
Sebenarnya apa sih yang diperlukan untuk mendorong tumbuh kembang jiwa wirausaha? Selain modal, latar belakang keluarga, dan kepribadian individu, maka motivasi usaha yang kuat tertanam dalam jiwa individu merupakan syarat yang harus ada. Jika dalam diri individu tidak ada motivasi usaha, maka motivasi yang ada adalah motivasi menjadi pegawai (kerja rutin, pergi pagi pulang sore, gajian tiap bulan, terima THR tiap tahun, terima tunjangan dan fasilitas kerja, memakai seragam kerja yang keren, dapat asuransi, jaminan hari tua, dan rutinitas lain yang tidak terlalu menantang).
Sebenarnya, pengertian motivasi usaha itu apa sih? Motivasi adalah suatu dorongan dari dalam diri seseorang yang mendorong orang tersebut untuk melakukan sesuatu, termasuk menjadi young entrepreneur (Sarosa, 2005). Kebanyakan orang yang berhasil di dunia ini mempunyai motivasi yang kuat yang mendorong tindakan-tindakan mereka. Mereka mengetahui dengan baik apa yang menjadi motivasinya dan memelihara motivasi tersebut dalam setiap tindakannya.
Baum dkk (2007) menjelaskan bahwa:
Motivasi dalam kewirausahaan meliputi motivasi yang diarahkan untuk mencapai tujuan kewirausahan, seperti tujuan yang melibatkan pengenalan dan eksploitasi terhadap peluang bisnis. Motivasi untuk mengembangkan usaha baru diperlukan bukan hanya oleh rasa percaya diri dalam hal kemampuannya untuk berhasil, namun juga oleh kemampuannya dalam mengakses informasi mengenai peluang kewirausahaan. Dalam istilah yang lebih sempit, teori expectancy mengungkapkan bahwa informasi yang spesifik dan periodik mengenai peluang kewirausahaan mungkin meningkatkan harapan individu bahwa upaya kewirausahaan akan memberikan hasil, dengan demikian akan meningkatkan motivasi.
Ada lima kategori teori motivasi yaitu kebutuhan (needs), penguatan (reinforcement), keadilan (equity), harapan (expectancy), dan tujuan (goal). Dari kelima teori tersebut maka teori expectancy dan teori goal merupakan model teori yang paling berguna dalam memahami motivasi kewirausahaan. Dalam teori expectancy tersedia kerangka kerja untuk memahami mengapa dan bagaimana beberapa orang memilih untuk menjadi wirausahawan dan mengungkapkan bahwa serangkaian outcome dari wirusahawan dalah lebih kompleks dan sebagian lainnya memiliki kemungkinan lebih kecil dibandingkan dengan yang lain.
Dalam menjelaskan relevansi teori expectancy maka diungkapkan bahwa wirausahawan mungkin saja tertarik pada situasi ketidakpastian yang tinggi atau dapat membuat pilihan ketika mereka menghadapi pilihan yang meragukan, karena jika dibandingkan dengan pra manajer pada bisnis yang telah mapan, maka wirausahawan lebiih toleran dengan ketidakpastian. Sedangkan proposisi mendasar dari teori goal adalah bahwa tujuan yang menantang secara khusus (memberikan komitmen, umpan balik, dn pengetahuan yang memadai) akan menghasilkan kinerja yang tinggi. Dengan demikian, teori goal menawarkan penjelasan yang lebih bersifat langsung dengan motivasi kewirausahan dibandingkan dengan teori expectancy, yang mengungkapkan bahwa wirausahawan menyusun tujuan kewirausahan yang lebih tinggi divandingkan dengan orang-orang yang tidak memulai usaha.
Goal theory merupakan teori yang dapat diuji dalam memprediksi kinerja kewirausahaan. Dalam hal ini, wirausahawan yang memiliki tujuan yang lebih tinggi akan memiliki kemungkinan yang lebih besar untuk menjadikan organisasi lebih mampu bertahan dan mampu tumbuh lebih besar dibandingkan dengan wirausahawan yang memiliki tujuan yang lebih rendah.
Referensi:
Sarosa, Pietra. (2005). Becoming young entrepreneur: dream big start small, act now!: panduan praktis & motivasioanl bagi kaum muda dan mahasiswa. Jakarta: PT Elex Media Komputindo.
Baum, J. Robert, Michael Frese, dan Robert A. Baron. (2007). The psychology of entrepreneurship. London: Routledge.

Selasa, 01 Oktober 2013

Dasar-Dasar perilaku nindividu, persepsi, dan pengambilan keputusan


BAB II
PEMBAHASAN
DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDU, PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A.    DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDU
1.      Pengertian Perilaku Individu
            Perilaku individu merupakan suatu perilaku  seseorang dalam melakukan sesuatu atau cara ia bertindak terhadap sesuatu kegitan dengan menggunakan keterampilan atau otak mereka. Adanya keterampilan tidak terpisah dari latar belakang atau pengetahuan. Didalam suatu organisasi perilaku individu mencerminkan setiap perilaku manajer terhadap bawahannya dimana jika ia memperlakukan bawahannya  dengan baik maka suatu hubungan antara bawahan dan atasan terjalin dengan baik pula sehingga jalinan kerjasama didalam organisasi bisa berjalan dengan baik
Beberapa defenisi perilaku individu menurut para ahli diantaranya ialah:
1)      Menurut Martheen Luter individu berasal dari kata individum (latin) yaitu satuan kecil yang tidak dapatdibagilagi . individu menurut konsep sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri.
2)      Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007) Perilaku individu adalah seesuatu yang dikerjakan seseorang, seperti  berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja, menyusun laporan, mengetik memo, menempatkan unit barang kedalam gudang dan lain sebagainya.
3)      Menurut Viniagustia individu merupakan sebutan  yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Daapat disimpulakan bahwa individu adalalah unit terkecil dimana memeiliki ciri yang berbeda ditiap masing-masing individu.
4)      Gibson CS. (1996)  menyatakan perilaku individu adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang seperti: berbicara, berjalan, berfikir, atau tindakan dari suatu  sikap.[1]
Menurut Stephen P. Robbins dalam bukunya yang berjudul Perilaku Individu menyatahan bahwa suatu pemahaman  tentang perilaku bermula dari kajian mengenai kontribusi utama psikologis terhadap Perilaku Organisasi (OB). Kontribusi ini dibagi dalam empat konsep berikut: sikap, kepribadian, persepsi dan pembelajaran.
a.       Sikap
            Sikap (attitudes) merupakan pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun yang tidak tentang suatu objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan sesuatu ketika saya berkata “ Saya menyukai pekerjaan saya,” saya sedang mengekspresikan sikap saya tenteng pekerjaan.
            Seseorang bisa memiliki ribuan sikap, tetapi OB memfokuskan diri pada sikap yang berkaitan dengan pekerjaan. Hal ini meliputi kepuasan kerja, keterlibatan kerja (tingkat sejauh mana seseorang berkecimpung dalam pekerjaannya dan secara aktif berpartisipasi didalamnya), dan komitmen organisasi (sebuah indikator loyalitas kepada, dan keberpihakan terhadap organisasi). Tidak dapat dipungkiri, kepuasan kerja telah mendaptkan perhatian yang besar.
b.      Kepribadian
            Beberapa orang bersifat pendiam  dan pasif, sementara yang lainnya ceria dan agresif. Ketika kita menggambarkan orang dari  segi karakteristiknya, bisa pendoam, ceria, agresif, ambisiua, setia dan suka bergaul, kita sedang mengkategorikan mereka  dari segi sifat-sifat kepribadian. Karenanya kepribadian (personality) individu seseorang merupakan kombinasi  sifat-sifat psikologis yang kita gunakan untuk mengklasifikasikan orang tersebut. Para ahli psikologis telah mempelajari sifat-sifat kepribadian secara mendalam, dan mengidentifikasi enam belas sifat kepribadian utama.
c.       Persepsi
            Persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan  mereka. Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukan bahwa individu yang berbeda dapat melihat yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorangpun dari kita melihat realitas. Yang kita lakukan adalah menginterprestasikan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
d.      Pembelajaran
            Defenisi ahli psikologis tentang belajar benar-benar lebih luas daripada pandangan biarawan bahwa “inilah yang kita lakukan waktu kita disekolah dulu”. Pada  kenyataanya, masing-masing kita secara terus-menerus “ke sekolah”.  Belajar berlangsung selamanya. Oleh karena itu, defenisi belajar yang lebih akurat adalah segala perubahan perilaku yang relatif permanen dan terjadi sebagai hasil  dari pengalaman. [2]

2.      Metode Pembentukan Perilaku
Ada emapat cara untuk  membentuk periku menurut Stephen P. Robbins: lewat penguatan positif, penguatan negatif, hukuman dan pemunahan.
Bila suatu respons diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan,  respons itu disebut penguatan positif. Ini menggambarkan, misalnya  atasan yang memuji seseorang karyawan karena diselesaikannya suatu pekerjaan dengan baik. Bila suatu respons diikutu oleh dihentikannya atau ditarik kembalinya sesuatu yang tidak menyenangkan, respon itu disebut penguatan negatif. Penghukuman akan mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha untuk menyingkirkan suatu perilaku yang tidak diinginkan. Menskors selama dua hari (tanpa upah) seorang karyawan karena masuk kerja dalam keadaan mabuk merupakan suatu contoh penghukuman. Menyingkirkan penguatan apa saja yang mempertahankan suatu perilaku disebut emunahan (extinction). Bila perilaku itu tidak  diperkuat , perilaku itu lambat laun akan pudar dan punah.
Baik  penguatan positif atau  nagatif memberi  hasi dalam proses balajar. Penguatan ini memperkuat  suatu respons dan meningkatkan probabilitas pengulangan. Dalam ilustrasi-ilustrasi terdahulu, pujian itu diinginkan. Serupa pula dengan perilaku tampak sibuk diperkuat dan ditingkatkan oleh pengakhirannya terhadap konsekuensi yang tidak diinginkan berupa ditunjuk untuk menjawab oleh guru.
B.     PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDU
1.      Persepsi
Menurut Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul perilaku organisasi konsep dasar dan aplikasinya mengatakan bahwa ppersepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya pencatatan yang benar terhadap situasi.[3]
Menurut Stephan P. Robbins yang telah dijelaskan padapenjelaasan sebelumnya mengenai prilkau individu dimana ia mengatakan bahwa  persepsi adalah suatu proses dimana individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan sensori mereka untuk memberi arti pada lingkungan  mereka. Riset tentang persepsisecara konsisten menunjukan bahwa individu yang berbeda dapat melihat yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa tak seorangpun dari kita melihat realitas. Yang kita lakukan adalah menginterprestasikan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
Dari penjelelasan tersebut dapat disimpulakan bahwa pesepsi ialah suatu proses yang kompleks dan kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu gambar yang unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari kenyataan.[4]
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi seseorang, antara lain:
1)      Psikologi
Persepsi seseotang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat dipengaruhi oleh keadaan Psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari diwaktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang kelabu bagi seseorang yang buta warna. Atau suatu merdu Grace Simon yang menyanyikan lagu cinta, barangkalitidak menarik dan berkesan bagi seseoarang yang sulit mendengar atau tuli.
2)      Famili
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya. Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus didalam memahami dan melihat kenyataan didunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu, tidak ayal lagi kalau orang tuanya Muhammadiyah akan mempunyai anak-anak yang Muhammadiyah pula. Demikian pula seorang anak dalam kampanye pemilu mendukung PDI, karena orang tuanya adalah tokoh Partai Demokrasi Indonesia tersebut.
3)      Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah satu faktor yang kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Pernah ada suatu penelitian di Amerika Serikat tahun 1947 dilakukan oleh Bruner dan Goodman dalam bidang psikologi sosial. Kedua peneliti ini meminta kepada anak-anak miskin dan kaya untuk menggambar bentuk uang ketengan (coin) 25 sen (a quater). Hasilnya menunjukan bahwa gambar uang ketengan tersebut bagi anak-anak miskin dilukis lebih besar dibandingkan dengan anak-anak kaya. Contoh lain dari pengaruh budaya dan lingkungan masyarakat tertentu ialah: orang-orang Amerika Serikat dengan bebas bisa makan daging babi dianggapnya daging babi adalah lezat. Tidaklah demikian bagi orang muslim Idonesia yang taat tidak akan mau makan daging babi yang lezat tadi untuk selama-lamanya.[5]
2.      Pengambilan Keputusan Individu
Setiap individu dalam organisasi membuat keputusan. Paara manajer puncak, sebagai contoh, menentuukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa yang akan ditawarkan, bagaimana sebaiknya mengorganisasikan kantor pusat perusahaan, atau dimana akan diletakkan pabrik manufaktur  baru. Manajer tingkat madya atau bawahan menentukan jadwal produksi, menyeleksi karyawan baru,, dan memutuskan seberapa besar kenaikan pembayaran dan dialokasikan. Namun demikian, pengambilan keputusan bukanlah wewenang tunggal manajer. Karyawan nonmanajerial juga mmembuat keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka dan organisasi tempat mereka bekerja. Keputusan mereka yang jelas meliputi apakah masuk kerja pada hari yang sudah ditentukan, beberapa banyak upaya yang dicurahkan ditempat kerja, dan apakah mengikuti permintaan yang dibuat oleh atasan.
Jadi, semua individu dalam setiap organisasi terlibat dalam pengambilan keputusan, yaitu, mereka menentukan pilihan diantara dua atau lebih alternatif.[6]

Gaya pengambilan keputusan
Model gaya pengambilan keputusan  mengidentifikasikan empat perbedaan pendekatan individu dalam pengambilan keputusan. Model ini dirancang untuk digunakan oleh para manajer, tetepi kerangka umumnya dapat digunakan oleh pengambil keputusan individu manapun.
1)      Gaya perintah
Gaya ini memiliki toleransi yamg rendah terhadap ketidakjelasan dan mencari rasional. Mereka efesien dan logis. Namun, perhatian mereka tehadap efesiensi mengakibatkan pengambilan keputusan mereka hanya dengan informasi yang minimal dan hanya menilai sedikit alternatif. Gaya perintah membuat keputusan dengan cepat,dan mereka fokus pada jangka pendek.
2)      Gaya analitis
Jenis analitis memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap ketidakpastian dari pada para pengambil keputusan perintah. Mereka menginginkan kebih banyak informasi dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif daripada tipe perintah.  Menajer analitis paling tepat dicirikan  sebagai pengambil keputusan yang hati-hati dengan kemampuan untuk mengadaptasi atau mengatasi situasi-situasi baru.
3)      Gaya konseptual
Gaya konseptual cenderung sangat luas dalam pandangan mereka dan mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus mereka adalah jangka panjang, dan mereka sangat baik dalam menemukan solusi kreatif terhadap suatu masalah.
4)      Gaya perilaku
Gaya perilaku mencirikan pengambilan keputusan yang bekerja baik dengan orang lain. Mereka memperhatikan pencapaian dari rekan kerja dan bawahan. Mereka mudah menerima saran dari orang lain dan sangat menyandarkan pada pertemuan untuk komunikasi. Tipe manajer ini mencoba meenghindari konflik dan mencaripenerimaan.[7]


BAB III
PENUTUP
A.    KESIMPULAN
Dari penjelasan yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Perilaku individu adalah suatu  perilaku  seseorang dalam melakukan sesuatu atau cara ia bertindak terhadap sesuatu kegitan dengan menggunakan keterampilan atau otak mereka. Adanya keterampilan tidak terpisah dari latar belakang atau pengetahuan. Didalam suatu organisasi perilaku individu meencerminkan setiap perilaku manajer terhadap bawahannya dimana jika ia memperlakukan bawahannya  dengan baik maka ssuatu hubungan antara bawahan dan atasan terjalin dengan baik pula sehingga jalinan kerjasama didalam organisasi bisa berjalan dengan baik
Dan persepsi pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam memahami informasi tenyang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran, penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang unik terhadap situasi, dan bukannya pencatatan yang benar terhadap situasi.
Dan semua individu dalam setiap organisasi terlibat dalam pengambilan keputusan, yaitu, mereka menentukan pilihan diantara dua atau lebih alternatif.
Adapun gaya penambilan keputusan yaitu:
1)      Gaya perintah
2)      Gaya analitis
3)      Gaya konseptua
4)      Gaya perilaku
B.     Kritik dan Saran
Dari sepanjang paparan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan yang terdapat dalam pembahasan makalah ini. Oleh sesab itu, penulis mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan untuk kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.







[1] www.wordpres. Com. Pembelajaran dan perilaku individu
[2] Stephn. P.Robbins,  Prinsip-prisip perilaku organisasi, hal. 35-50
[3] Miftah Thohah, Perilaku Organisasi kosepdasar dan aplikasinya, hal. 141-142
[4] Stephan. P.Robbins, Prinsip-prinsip perilaku organasi, hal. 46
[5] Miftah Thohah, Perilaku Organisasi kosepdasar dan aplikasinya, hal.147-148
[6] Stephan , P. Robbins. Prilaku Organisasi. Hal. 89
[7] Stephan , P. Robbins. Prilaku Organisasi. Hal.99-100