BAB II
PEMBAHASAN
DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDU, PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN
A.
DASAR-DASAR PERILAKU INDIVIDU
1.
Pengertian Perilaku Individu
Perilaku individu
merupakan suatu perilaku seseorang dalam
melakukan sesuatu atau cara ia bertindak terhadap sesuatu kegitan dengan
menggunakan keterampilan atau otak mereka. Adanya keterampilan tidak terpisah
dari latar belakang atau pengetahuan. Didalam suatu organisasi perilaku
individu mencerminkan setiap perilaku manajer terhadap bawahannya dimana jika
ia memperlakukan bawahannya dengan baik
maka suatu hubungan antara bawahan dan atasan terjalin dengan baik pula
sehingga jalinan kerjasama didalam organisasi bisa berjalan dengan baik
Beberapa defenisi perilaku individu menurut para ahli diantaranya
ialah:
1)
Menurut Martheen Luter individu berasal dari kata individum (latin)
yaitu satuan kecil yang tidak dapatdibagilagi . individu menurut konsep
sosiologis berarti manusia yang hidup berdiri sendiri.
2)
Menurut Sofyandi dan Garniwa (2007) Perilaku individu adalah
seesuatu yang dikerjakan seseorang, seperti
berbicara dengan manajer, mendengarkan rekan sekerja, menyusun laporan,
mengetik memo, menempatkan unit barang kedalam gudang dan lain sebagainya.
3)
Menurut Viniagustia individu merupakan sebutan yang dapat dipakai untuk menyatakan suatu
kesatuan yang paling kecil dan terbatas. Daapat disimpulakan bahwa individu
adalalah unit terkecil dimana memeiliki ciri yang berbeda ditiap masing-masing
individu.
4)
Gibson CS. (1996) menyatakan
perilaku individu adalah segala sesuatu yang dilakukan seseorang seperti:
berbicara, berjalan, berfikir, atau tindakan dari suatu sikap.[1]
Menurut
Stephen P. Robbins dalam bukunya yang berjudul Perilaku Individu menyatahan
bahwa suatu pemahaman tentang perilaku
bermula dari kajian mengenai kontribusi utama psikologis terhadap Perilaku
Organisasi (OB). Kontribusi ini dibagi dalam empat konsep berikut: sikap,
kepribadian, persepsi dan pembelajaran.
a.
Sikap
Sikap (attitudes) merupakan
pernyataan evaluatif baik yang menyenangkan maupun yang tidak tentang suatu
objek, orang atau peristiwa. Sikap mencerminkan bagaimana seseorang merasakan
sesuatu ketika saya berkata “ Saya menyukai pekerjaan saya,” saya sedang
mengekspresikan sikap saya tenteng pekerjaan.
Seseorang bisa memiliki ribuan
sikap, tetapi OB memfokuskan diri pada sikap yang berkaitan dengan pekerjaan.
Hal ini meliputi kepuasan kerja, keterlibatan kerja (tingkat sejauh mana
seseorang berkecimpung dalam pekerjaannya dan secara aktif berpartisipasi
didalamnya), dan komitmen organisasi (sebuah indikator loyalitas kepada, dan
keberpihakan terhadap organisasi). Tidak dapat dipungkiri, kepuasan kerja telah
mendaptkan perhatian yang besar.
b.
Kepribadian
Beberapa orang bersifat pendiam dan pasif, sementara yang lainnya ceria dan
agresif. Ketika kita menggambarkan orang dari
segi karakteristiknya, bisa pendoam, ceria, agresif, ambisiua, setia dan
suka bergaul, kita sedang mengkategorikan mereka dari segi sifat-sifat kepribadian. Karenanya
kepribadian (personality) individu seseorang merupakan kombinasi sifat-sifat psikologis yang kita gunakan
untuk mengklasifikasikan orang tersebut. Para ahli psikologis telah mempelajari
sifat-sifat kepribadian secara mendalam, dan mengidentifikasi enam belas sifat
kepribadian utama.
c.
Persepsi
Persepsi adalah suatu proses dimana
individu mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan sensori mereka untuk
memberi arti pada lingkungan mereka.
Riset tentang persepsi secara konsisten menunjukan bahwa individu yang berbeda
dapat melihat yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah
bahwa tak seorangpun dari kita melihat realitas. Yang kita lakukan adalah
menginterprestasikan apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
d.
Pembelajaran
Defenisi ahli psikologis tentang
belajar benar-benar lebih luas daripada pandangan biarawan bahwa “inilah yang
kita lakukan waktu kita disekolah dulu”. Pada
kenyataanya, masing-masing kita secara terus-menerus “ke sekolah”. Belajar berlangsung selamanya. Oleh karena
itu, defenisi belajar yang lebih akurat adalah segala perubahan perilaku yang
relatif permanen dan terjadi sebagai hasil
dari pengalaman. [2]
2.
Metode Pembentukan Perilaku
Ada emapat cara untuk
membentuk periku menurut Stephen P. Robbins: lewat penguatan positif,
penguatan negatif, hukuman dan pemunahan.
Bila suatu respons diikuti dengan sesuatu yang menyenangkan, respons itu disebut penguatan positif. Ini
menggambarkan, misalnya atasan yang
memuji seseorang karyawan karena diselesaikannya suatu pekerjaan dengan baik.
Bila suatu respons diikutu oleh dihentikannya atau ditarik kembalinya sesuatu
yang tidak menyenangkan, respon itu disebut penguatan negatif. Penghukuman akan
mengakibatkan suatu kondisi yang tidak enak dalam suatu usaha untuk
menyingkirkan suatu perilaku yang tidak diinginkan. Menskors selama dua hari
(tanpa upah) seorang karyawan karena masuk kerja dalam keadaan mabuk merupakan
suatu contoh penghukuman. Menyingkirkan penguatan apa saja yang mempertahankan
suatu perilaku disebut emunahan (extinction). Bila perilaku itu tidak diperkuat , perilaku itu lambat laun akan
pudar dan punah.
Baik penguatan positif
atau nagatif memberi hasi dalam proses balajar. Penguatan ini
memperkuat suatu respons dan
meningkatkan probabilitas pengulangan. Dalam ilustrasi-ilustrasi terdahulu,
pujian itu diinginkan. Serupa pula dengan perilaku tampak sibuk diperkuat dan
ditingkatkan oleh pengakhirannya terhadap konsekuensi yang tidak diinginkan
berupa ditunjuk untuk menjawab oleh guru.
B.
PERSEPSI DAN PENGAMBILAN KEPUTUSAN INDIVIDU
1.
Persepsi
Menurut Miftah Thoha dalam bukunya yang berjudul perilaku
organisasi konsep dasar dan aplikasinya mengatakan bahwa ppersepsi pada
hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam
memahami informasi tentang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah
terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang
unik terhadap situasi, dan bukannya pencatatan yang benar terhadap situasi.[3]
Menurut Stephan P. Robbins yang telah dijelaskan padapenjelaasan
sebelumnya mengenai prilkau individu dimana ia mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dimana individu
mengorganisasikan dan menginterprestasikan kesan sensori mereka untuk memberi
arti pada lingkungan mereka. Riset
tentang persepsisecara konsisten menunjukan bahwa individu yang berbeda dapat
melihat yang sama tetapi memahaminya secara berbeda. Kenyataannya adalah bahwa
tak seorangpun dari kita melihat realitas. Yang kita lakukan adalah menginterprestasikan
apa yang kita lihat dan menyebutnya sebagai realitas.
Dari penjelelasan tersebut dapat disimpulakan bahwa pesepsi ialah
suatu proses yang kompleks dan kognitif yang komplek dan menghasilkan suatu
gambar yang unik tentang kenyataan yang barangkali sangat berbeda dari
kenyataan.[4]
Faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan persepsi
seseorang, antara lain:
1)
Psikologi
Persepsi seseotang mengenai segala sesuatu di alam dunia ini sangat
dipengaruhi oleh keadaan Psikologi. Sebagai contoh, terbenamnya matahari
diwaktu senja yang indah temaram, akan dirasakan sebagai bayang-bayang yang
kelabu bagi seseorang yang buta warna. Atau suatu merdu Grace Simon yang
menyanyikan lagu cinta, barangkalitidak menarik dan berkesan bagi seseoarang
yang sulit mendengar atau tuli.
2)
Famili
Pengaruh yang paling besar terhadap anak-anak adalah familinya.
Orang tua yang telah mengembangkan suatu cara yang khusus didalam memahami dan
melihat kenyataan didunia ini, banyak sikap dan persepsi-persepsi mereka yang
diturunkan kepada anak-anaknya. Oleh sebab itu, tidak ayal lagi kalau orang
tuanya Muhammadiyah akan mempunyai anak-anak yang Muhammadiyah pula. Demikian
pula seorang anak dalam kampanye pemilu mendukung PDI, karena orang tuanya
adalah tokoh Partai Demokrasi Indonesia tersebut.
3)
Kebudayaan
Kebudayaan dan lingkungan masyarakat tertentu juga merupakan salah
satu faktor yang kuat didalam mempengaruhi sikap, nilai dan cara seseorang
memandang dan memahami keadaan di dunia ini. Pernah ada suatu penelitian di
Amerika Serikat tahun 1947 dilakukan oleh Bruner dan Goodman dalam bidang
psikologi sosial. Kedua peneliti ini meminta kepada anak-anak miskin dan kaya
untuk menggambar bentuk uang ketengan (coin) 25 sen (a quater). Hasilnya
menunjukan bahwa gambar uang ketengan tersebut bagi anak-anak miskin dilukis
lebih besar dibandingkan dengan anak-anak kaya. Contoh lain dari pengaruh
budaya dan lingkungan masyarakat tertentu ialah: orang-orang Amerika Serikat
dengan bebas bisa makan daging babi dianggapnya daging babi adalah lezat.
Tidaklah demikian bagi orang muslim Idonesia yang taat tidak akan mau makan
daging babi yang lezat tadi untuk selama-lamanya.[5]
2.
Pengambilan Keputusan Individu
Setiap individu dalam organisasi membuat keputusan. Paara manajer
puncak, sebagai contoh, menentuukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa
yang akan ditawarkan, bagaimana sebaiknya mengorganisasikan kantor pusat
perusahaan, atau dimana akan diletakkan pabrik manufaktur baru. Manajer tingkat madya atau bawahan
menentukan jadwal produksi, menyeleksi karyawan baru,, dan memutuskan seberapa
besar kenaikan pembayaran dan dialokasikan. Namun demikian, pengambilan
keputusan bukanlah wewenang tunggal manajer. Karyawan nonmanajerial juga
mmembuat keputusan yang berkaitan dengan pekerjaan mereka dan organisasi tempat
mereka bekerja. Keputusan mereka yang jelas meliputi apakah masuk kerja pada
hari yang sudah ditentukan, beberapa banyak upaya yang dicurahkan ditempat
kerja, dan apakah mengikuti permintaan yang dibuat oleh atasan.
Jadi, semua individu dalam setiap organisasi terlibat dalam
pengambilan keputusan, yaitu, mereka menentukan pilihan diantara dua atau lebih
alternatif.[6]
Gaya pengambilan keputusan
Model gaya pengambilan keputusan
mengidentifikasikan empat perbedaan pendekatan individu dalam
pengambilan keputusan. Model ini dirancang untuk digunakan oleh para manajer,
tetepi kerangka umumnya dapat digunakan oleh pengambil keputusan individu
manapun.
1)
Gaya perintah
Gaya ini memiliki toleransi yamg rendah terhadap ketidakjelasan dan
mencari rasional. Mereka efesien dan logis. Namun, perhatian mereka tehadap
efesiensi mengakibatkan pengambilan keputusan mereka hanya dengan informasi
yang minimal dan hanya menilai sedikit alternatif. Gaya perintah membuat
keputusan dengan cepat,dan mereka fokus pada jangka pendek.
2)
Gaya analitis
Jenis analitis memiliki toleransi yang jauh lebih besar terhadap
ketidakpastian dari pada para pengambil keputusan perintah. Mereka menginginkan
kebih banyak informasi dan mempertimbangkan lebih banyak alternatif daripada
tipe perintah. Menajer analitis paling
tepat dicirikan sebagai pengambil
keputusan yang hati-hati dengan kemampuan untuk mengadaptasi atau mengatasi
situasi-situasi baru.
3)
Gaya konseptual
Gaya konseptual cenderung sangat luas dalam pandangan mereka dan
mempertimbangkan banyak alternatif. Fokus mereka adalah jangka panjang, dan
mereka sangat baik dalam menemukan solusi kreatif terhadap suatu masalah.
4)
Gaya perilaku
Gaya perilaku mencirikan pengambilan keputusan yang bekerja baik
dengan orang lain. Mereka memperhatikan pencapaian dari rekan kerja dan
bawahan. Mereka mudah menerima saran dari orang lain dan sangat menyandarkan
pada pertemuan untuk komunikasi. Tipe manajer ini mencoba meenghindari konflik
dan mencaripenerimaan.[7]
BAB III
PENUTUP
A.
KESIMPULAN
Dari penjelasan
yang telah dijelaskan diatas dapat diambil kesimpulan bahwa Perilaku individu
adalah suatu perilaku seseorang dalam melakukan sesuatu atau cara
ia bertindak terhadap sesuatu kegitan dengan menggunakan keterampilan atau otak
mereka. Adanya keterampilan tidak terpisah dari latar belakang atau
pengetahuan. Didalam suatu organisasi perilaku individu meencerminkan setiap
perilaku manajer terhadap bawahannya dimana jika ia memperlakukan bawahannya dengan baik maka ssuatu hubungan antara
bawahan dan atasan terjalin dengan baik pula sehingga jalinan kerjasama didalam
organisasi bisa berjalan dengan baik
Dan persepsi
pada hakikatnya adalah proses kognitif yang dialami oleh setiap orang didalam
memahami informasi tenyang lingkungannya, baik lewat penglihatan, pendengaran,
penghayatan, perasaan dan penciuman. Kunci untuk memahami persepsi adalah
terletak pada pengenalan bahwa persepsi itu merupakan suatu penafsiran yang
unik terhadap situasi, dan bukannya pencatatan yang benar terhadap situasi.
Dan semua
individu dalam setiap organisasi terlibat dalam pengambilan keputusan, yaitu,
mereka menentukan pilihan diantara dua atau lebih alternatif.
Adapun gaya
penambilan keputusan yaitu:
1)
Gaya perintah
2)
Gaya analitis
3)
Gaya konseptua
4)
Gaya perilaku
B.
Kritik dan Saran
Dari sepanjang
paparan makalah ini, penulis menyadari bahwa masih banyak terdapat kekurangan
yang terdapat dalam pembahasan makalah ini. Oleh sesab itu, penulis
mengharapkan kritik dan saran dari dosen pembimbing maupun dari rekan-rekan
untuk kesempurnaan makalah ini dan makalah selanjutnya.
[1] www.wordpres. Com. Pembelajaran dan
perilaku individu
[2] Stephn. P.Robbins,
Prinsip-prisip perilaku organisasi, hal. 35-50
[3] Miftah Thohah, Perilaku Organisasi kosepdasar dan aplikasinya, hal.
141-142
[4] Stephan. P.Robbins, Prinsip-prinsip perilaku organasi, hal. 46
[5] Miftah Thohah, Perilaku Organisasi kosepdasar dan aplikasinya,
hal.147-148
[6] Stephan , P. Robbins. Prilaku Organisasi. Hal. 89
[7] Stephan , P. Robbins. Prilaku Organisasi. Hal.99-100